Hari Bumi |
"Bumi..."
"Apa kabarmu?"
Dari sini terdengar gemercik air, dia setia mendinginkan kulitmu. Awan di puncak gunung bergerak begitu cepat, cahaya matahari yang baru saja datang dan menghangatkan kini ditutupinya. Di petak kecil sawah, pucuk-pucuk padi berlomba menyentuh langit, memuaskan rasa ingin tahunya. Sepertinya engkau baik-baik saja.
Tapi...dari kejauhan, suara mesin terdengar. Mesin berhenti, sebuah pohon tumbang. Tak puas, mesin itu terdengar lagi dan kemudian sebuah pohon lagi tumbang. Jauh di lembah, tiang-tiang bangunan mulai berdiri di tempat yang tadinya sawah. Pemukiman makin mendesak lahan hijau. Aku tahu, engkau tidak baik-baik saja. Kami, manusia adalah parasit yang terus menghancurkanmu, rumah kami sendiri.
Hari Bumi |
Pengalaman hidup membawa setiap manusia ke kondisi yang engkau alami sekarang. Aku (merasa) tahu bagaimana rasanya terlupakan. Dan itu membuatku semakin menghargaimu. Berusaha melakukan beberapa hal kecil untuk menjagamu. Ahh....sudahlah, apalah gunanya terlalu banyak berpikir tanpa tindakan. Kustater motor Vespaku, seketika asap putih mengepul dari knalpotnya. Belum apa-apa, aku telah kembali menambahkan polusi ke udaramu. Maaf, Bumi.
Hari Bumi |
Kang tolong blogwalking ya, terimakasih. Maaf saya masih newbie banget
BalasHapus