Kusempatkan menoleh ke jam dinding kamar ICU. Pukul 07.57. Hari ini, 17 Februari 2022, Mama' meninggal. Hari tersedih dalam hidupku.
..........................................................
Tangis Ine mulai agak mereda. Kubiarkan dia menenangkan diri. Kudekati ranjang tempat Mama' berbaring, airmata mengaburkan pandanganku. Satu hal yang ingin kulakukan sekarang adalah memeluk Mama' di kehangatan terakhir tubuhnya.
Entah berapa lama kupeluk Mama', hingga mulai kurasakan ujung hidungnya mulai dingin.
..........................................................
Ketika aku berumur 3 atau empat tahun, aku dan mama' sering duduk di bangku depan rumah, dan melihat ke bukit-bukit yang nampak jelas di kejauhan. Aku sering menanyakan nama-nama benda yang kulihat di kejauhan, tak jarang yang ditunjuk jariku dan arah mata Mama' tidak sinkron. Pernah yang kutunjuk adalah pohon kelapa, "itu awan" jawab mama'.
Setelah proses tanya jawab yang sering tidak sinkron itu, aku akan mengajak mama' adu hidung. Mama' selalu tertawa ketika tulang rawan hidungku yang masih sangat lunak kutekan kuat ke hidungnya.
"Hidungmu lembek sekali" kata Mama' sambil tertawa
"Aduh, sudah besar masih manja" goda ibu tetangga di sebelah rumah
..........................................................
"Maaf pak, kami lepas dulu semua peralatan medisnya ya" perawat membuyarkan pikiranku yang sempat-sempatnya mundur jauh ke masa lalu.
"Mama', saya minta kalungmi ya" Bisikku berharap mama' masih mendengarkan. Kalung ini, untuk mengingatkan pelukan hangat Mama' yang terakhir kurasakan.
Terimakasih, Mama'
Tidak ada komentar:
Posting Komentar