Ketika Tuhan melukis, semesta menjadi kanvasnya. Di dalam matahari, Dia mencampurkan semua warna dan mengoleskannya secara merata dengan cahaya. Atmosfer mengatur kuat lembutnya pencahayaan. Menghasilkan berbagai suasana yang membekas dalam memori.
Warna yang tampak oleh mata kita adalah warna yang dipantulkan oleh materi yang kita lihat. Secara kasar, dapat dikatakan spektrum cahaya yang kita lihat adalah spektrum cahaya yang ditolak oleh materi tersebut. Bayangkan, kita terkagum-kagum dengan spektrum cahaya yang dipantulkan materi-materi tersebut. Bagaimana jika kita melihatnya dari sisi berbeda?-Kita melihat cahaya yang diserap oleh materi-materi tersebut-. Apakah akan tetap membuat kita terkagum-kagum?
Cahaya direspon dengan baik oleh setiap pixel materi semesta, memberikan kesempatan masing-masing untuk berkolaborasi, menciptakan bentuk. Sesuatu yang diingat dan dikenali. Mengingat dan mengenal yang menjadi salah satu keahlian manusia. Dengan mengingat dan mengenal, manusia belajar, dengan belajar manusia tahu dan mengembangkan. Dengan mengembangkan pemahaman dan pengetahuan, manusia menemukan jalannya.
Gambar hasil jepretan Sardy Maykel di atas menunjukkan sebuah gereja di Toraya dengan jalan masuk yang tidak tampak. Jika seorang manusia berdiri tepat pada posisi pengambilan gambar, apa yang akan dilakukannya untuk ke gereja?
Untuk menuju ke gereja diperlukan proses berpikir, proses menganalisis cahaya yang dipantulkan materi yang kemudian diikuti dengan sebuah tindakan. Ketika akhirnya telah mencapai tujuan, sebuah lukisan lain telah menanti untuk sebuah analisa.
Terimakasih kepada teman saya Sardy Maykel karena telah mengizinkan foto hasil jepretannya ditampilkan oleh rumahgambar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar