Debu, keringat, dingin, lelah, lapar, dan haus merupakan teman dalam perjalanan menuju puncak Merbabu. Gunung tetangga Merapi ini merupakan gunung favorit untuk didaki zaman kuliah dulu. Namun dari sekian pendakian, hanya sekali saya mencapai puncak, itupun belum betul-betul puncak. Pendakian lainnya hanya berakhir di pos Pending, pos yang berdekatan dengan sumber air.
Sebagian besar pendakian kami memang hanya untuk berkemah dan menikmati pemandangan dari pos Pending. Bersama Dhanang Dhave (master pendakian Merbabu), Marcell, Dwi, Alex dan beberapa rekan lainnya kami menghabiskan akhir minggu bersama dingin dan heningnya Merbabu.
Sebagian besar pendakian kami memang hanya untuk berkemah dan menikmati pemandangan dari pos Pending. Bersama Dhanang Dhave (master pendakian Merbabu), Marcell, Dwi, Alex dan beberapa rekan lainnya kami menghabiskan akhir minggu bersama dingin dan heningnya Merbabu.
Marcell menampilkan kembali semangat masa itu melalui foto-fotonya. Foto ini diabadikan dari pendakian Merbabu keenam yang dilakukan Marcell. Photo-photo yang menggambarkan proses mencapai puncak dan bagaimana kepuasan ketika telah mencapai puncak Merbabu dan memandang sentuhan tangan Tuhan di setiap sudut bumi ini.
Sendiri Menyapa Alam
Ketika rasa lelah itu tiba, Merbabu bersedia berbagi
Berjalan dari puncak ke puncak
Selalu Ada Jalan
Perjuangan Yang Terbalaskan
Saatnya menyadari bahwa kita masih bergantung kepada alam
Merbabu, bukan untuk ditaklukkan tapi untuk dikagumi.
Terimakasih buat teman saya Marcell Wellem yang sudah mengijinkan photo ini ditampilkan oleh rumahgambar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar