Jumat, 03 April 2015

MENAMBAH SUDUT PANDANG




"Kamu ini, sudah jarang sekali ke gereja...sudah kafir?"
Kalimat yang lumayan sering diucapkan dengan bobot yang seimbang antara bercanda dan juga teguran oleh ibu ketika melihat saya (lagi-lagi) tidak mengikuti ibadah hari minggu di gereja.

"Apakah saya religius?"
"Jika patokannya adalah kerajinan ke gereja, tidak!"

"Apakah saya percaya Yesus?"
"Iya!"

"Mengapa saya percaya Yesus tapi jarang ke gereja?"

.............................................................................................


"Coba ya, kita bisa pakai sarung ke gereja"
Singgung seorang teman, ketika melihat saya menggunakan celana panjang cargo (celana yang banyak dipakai pendaki gunung, memiliki banyak kantong).
"............."
Saya terdiam, untuk kali pertama dalam hidup, seorang mengomentari pakaian yang saya kenakan ke gereja.

"hi..hi...hi..."
Teman di sebelah saya terkikik menahan tawa ketika mendengar gemerincing uang koin yang saya masukkan ke dalam pundi persembahan
"................"
Saya terdiam, untuk pertama kalinya persembahan yang saya (merasa) berikan tulus kepada Tuhan ditertawakan. 

Idealnya kedua hal tersebut tidak perlu mempengaruhi saya. Namun kenyataannya iman muda saya terluka. Saya mulai tidak nyaman dengan pandangan orang ketika pergi ke gereja. Akhirnya saya mengikuti gereja subuh yang dimulai pukul 05.00 untuk menghindari ketidaknyamanan. Lama kelamaan kesulitan bangun pagi membuat saya mengabaikan ibadah hari minggu. Hingga akhirnya hanya sesekali saja saya ke gereja.

Seorang teman akrab, sering datang dan memberikan teguran lembut. Pada akhirnya kami akan terlibat dalam perdebatan panjang. Semua kekecewaan terungkap. Ditanggapinya namun jawabannya terlalu klise. Banyak hari berikutnya yang kami lalui dengan perdebatan yang sama. Saya semakin rajin membaca buku-buku demi persiapan debat tersebut - hari-hari perdebatan itu masih kurindukan sampai sekarang-.Saya suka membaca buku-buku Paulo Coelho, renungan-renungan harian, dan buku filsafat ringan. Tanpa sadar, pemahaman tentang Yesus berkembang seiring pencarian itu. Selama ini saya memandang Yesus hanya dari depan, sehingga ketika dari belakang atau dari atas, saya bahkan sama sekali tidak mengenalnya.

Saya akhirnya menyadari mengapa Yesus itu tidak terbatas. 

"Pemahaman tentang Yesus akan selalu berkembang selama kita hidup. Karena selama itu juga Yesus akan selalu menampakkan kuasanya. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang akan merasa mampu mengenal Dia secara mutlak"

.................................................................................................


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FOLLOWER

READ MORE