Selama ini kau menoleh ke belakang. Cahaya yang pernah menemanimu telah menghilang dan engkau masih setia menunggunya kembali. Dalam kegelapan, sesosok datang menyapamu. Suaranya terdengar asing. Namun kau menanggapinya dengan sopan. Kau setia menanggapinya tapi tak pernah tertarik sedikitpun untuk mencari tahu seperti apa rupanya.
Sekian lama suara itu mengajakmu bercakap-cakap dan kau masih tak tertarik mengenal rupanya. Terkadang dia diam, hanya irama detakan langkah kakinya yang membuatmu tahu bahwa dia masih bersamamu.
Setitik cahaya nampak di ujung sana, ujung di mana matamu telah terpaku, menanti untuk sekian lamanya. Cahaya itu semakin lama semakin membesar. Semakin mendekat. Cahaya yang kau tunggu itu sekarang benar-benar kembali berada di sampingmu, menemanimu seperti yang kau harapkan selama ini. Kebahagiaanmu kembali utuh. Waktumu kembali berputar. Duniamu kembali berotasi.
Sekilas kau melihat ke sekitarmu, mencari sosok yang menemanimu dalam kegelapanmu selama ini. Sosok itu telah menghilang seperti gelap yang tersapu cahaya. Kehilangannya tak mengganggu pikiranmu.
-------------------------------------------------------------
Ketika cahaya yang kau tunggu itu telah kembali berada di sampingmu, aku perlahan menghindar dan mengambil jalan lain. Berjalan perlahan dan merasakan kembalinya sebuah sensasi. Sensasi ketika cinta melepaskan kupu-kupu yang terbang memenuhi rongga perut, mendesak diafragma. Menyempitkan paru-paru, menyesakkan dada. Kusyukuri sensasi itu. Menandakan kesakralan cinta belum terlalu banyak terkikis.
Seseorang datang menemaniku. Berjalan dalam diam. Tak perlu menoleh, aku tahu itu Engkau. Luka yang kualami sebelumnya, kali ini telah berbalik menguatkanku. Karenanya aku tak akan bersungut-sungut untuk pengalamanku kali ini. Kontemplasiku akan semua peristiwa hidupku selama ini selalu berujung pada sebuah kalimat. Karenanya untuk setiap kebijaksanaan yang kau titipkan dalam setiap bekas luka, aku akan selalu mengucapkan "Terima Kasih, Yesus"
-------------------------------------------------------------
Ketika cahaya yang kau tunggu itu telah kembali berada di sampingmu, aku perlahan menghindar dan mengambil jalan lain. Berjalan perlahan dan merasakan kembalinya sebuah sensasi. Sensasi ketika cinta melepaskan kupu-kupu yang terbang memenuhi rongga perut, mendesak diafragma. Menyempitkan paru-paru, menyesakkan dada. Kusyukuri sensasi itu. Menandakan kesakralan cinta belum terlalu banyak terkikis.
Seseorang datang menemaniku. Berjalan dalam diam. Tak perlu menoleh, aku tahu itu Engkau. Luka yang kualami sebelumnya, kali ini telah berbalik menguatkanku. Karenanya aku tak akan bersungut-sungut untuk pengalamanku kali ini. Kontemplasiku akan semua peristiwa hidupku selama ini selalu berujung pada sebuah kalimat. Karenanya untuk setiap kebijaksanaan yang kau titipkan dalam setiap bekas luka, aku akan selalu mengucapkan "Terima Kasih, Yesus"
- ♣♣♣ -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar