Senin, 11 Januari 2016

KEAJAIBAN




 "Ketika pegawai anda yang telah mengalami kenaikan posisi mulai risih melakukan pekerjaan-pekerjaan kecil, yang sebelumnya sering dilakukannya, potonglah tanduknya" seorang pemilik sekaligus pengelola sebuah hotel berbagi pengalaman di sebuah pertemuan.
"Berikan dia perintah untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti memungut sampah, atau pekerjaan lainnya yang dilakukannya sebelumnya. Jangan biarkan tanduknya bertumbuh semakin tinggi" lanjutnya.
- ♣ -
Sekarang, wejangan itu telak mengenaiku. Ketika tanduk di kepala semakin tinggi, dan dengan sombong kutantang dunia seorang diri. Dengan tegas, Dia datang memotongnya. Tak ingin dilihatnya aku terjebak di semak karena tanduk yang kubanggakan itu. Sebuah kasih yang sejati. Keajaiban yang tak kusadari.


.............................................................................

Hening. Seketika tawa lepas dua orang pria membahana memecah hening, menyisakan seorang pria yang lain terdiam dalam bingung. Diawali dari sebuah percakapan ringan tiga pria di dalam sebuah kios kecil. Percakapan yang terus berkembang, hingga akhirnya sampai pada suatu momen dimana pria yang terdiam itu mengucapkan kalimat yang sangat tidak "nyambung". Menciptakan sebuah momen lucu yang hanya berlaku untuk saat itu. Sebuah momen yang tidak akan terulang bahkan jika dapat diceritakan kembali dengan sangat baik. Sebuah momen dimana keajaiban terjadi. Keajaiban yang kadang diabaikan.

...........................................................................

"Laki-laki itu kalau jatuh cinta, kadar logikanya 70 persen dan kadar perasaannya 30 persen. Kalau wanita malah kebalikannya; 70 persen perasaan, 30 persen logika" Tongtong mengemukakan teorinya yang tidak didasarkan penelitian atau pustaka manapun.
"Nah! kalau kamu itu jatuh cintanya seperti wanita, sih. Perasaan 70 persen, logika 30 persen" Tongtong menghakimi Ebal yang sedang mengalami masalah dalam percintaan.
Ebal mendengarkan sambil mengelus-elus rambutnya, sesekali menggaruk kulit kepalanya yang tidak gatal.
"Kami kan memang bertipe melankolis" jawab Rama.
Pendapat yang dengan segera diakhiri dengan sebuah ajakan tos dari Ebal. Meskipun sebenarnya Rama tidak berniat membela Ebal, melainkan hanya ingin menunjukkan bahwa dia bertipe melankolis.
"Cari pengalihan itu cuma cara mengatasi sakit hati yang sifatnya sementara. Habis itu ya kepikiran lagi" celoteh Rama.
"Tapi ya gapapa sih, selama pengalihannya positif" lanjutnya
"Pokoknya nikmati aja sakit hatinya. Percaya saja, time heals everything. !" Terdapat ketenangan, dan ketegasan ketika Rama mengucapkan kalimat tersebut.
Tongtong merespon dengan tawa khasnya, namun jelas kalau dia mengiyakan pendapat Rama. Ebal menghentikan kegiatan mengelus rambut dan menggaruk kulit kepala yang sedari tadi dilakukannya, sepertinya dia mendapat sebuah kekuatan baru yang meringankan pikirannya.

Dalam percakapan akrab dengan para sahabat, selalu ada keajaiban yang kadang terlupakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FOLLOWER

READ MORE