Selasa, 21 April 2015

DUNIA

Image courtesy of grohsartig.deviantart.com


Berlari. Duniaku adalah lapangan 90 x 45 meter.
Duduk. Duniaku adalah layar 19 inch. 
Terdiam. Duniaku adalah semesta
.......................................................................................

Berjalan gontai melintasi lapangan futsal, menikmati beban yang terlepas setelah pertandingan. 
"Ternyata mesin tua masih bisa" canda Tette yang berjalan di sampingku.
"haha...." kutanggapi candaan itu sambil menepuk keras pundaknya.

Sejak kecil kami sudah bermain bola bersama dan hingga sekarang, kami sudah melalui banyak pertandingan dalam tim yang sama. Dunia sepakbola adalah dunia yang membuat kami merasa nyaman untuk berada di dalamnya. 

"DEG!"

Sosok itu berdiri di sana, setenang langit biru seusai hujan. Tak pernah terlintas dalam pikiran dia akan hadir di sini. Tapi sekarang dia benar-benar ada di sana. Tidak peduli sejak kapan dia di sana, untuk siapa dia datang dan dalam rangka apa. Melihat sosoknya berada di sini, adalah hal yang luar biasa

.......................................................................................

"Eh..ada yg bilang, cinta dipendam sendiri itu egois" kata Ketek, saat kami chating.
"Mau selamanya jadi pecundang?" Zeblot lebih parah memberikan komentar.

Komentar-komentar mereka kadang kejam, aneh bahkan nyeleneh, ketika kami mulai membicarakan berbagai hal. Mulai dari masalah sepele hingga masalah yang serius. Dalam dunia 19 inch ini, kami menyambung persahabatan yang terjalin selama masa kuliah. 

Cara kerja persahabatan itu seperti ini: kau berkenalan, melewatkan banyak waktu bersama yang membuat saling mengenal kebiasaan, karakter dan pola berpikir. Kemudian masalah-masalah kecil dan besar akan timbul dalam interaksi itu. Kalian kadang merasa jengkel satu sama lain, bahkan mungkin tidak saling menyapa dan berbicara dalam waktu yang lama. Namun pada akhirnya kalian akan kembali menghabiskan waktu tertawa bersama, bahkan ketika kalian terdiam, itu adalah diam yang akrab. 

Dan waktu tidak akan menghentikan langkahnya di titik bahagia saja atau titik sedih saja. Ketika waktu menyentuhkan bahagia dan sedih itu, sahabat-sahabatmu itu akan ada di sana. Sejak itu, kau akan merasa bahwa kebahagiaan terbesar adalah membagikan kebahagiaan itu dan kesedihan yang mendalam adalah tidak memiliki sahabat-sahabat untuk berbagi kebahagiaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FOLLOWER

READ MORE