Kamis, 07 Mei 2015

KAMBIUM





Aku tahu aku sekarat. Daunku kurontokkan helai demi helai hanya untuk memperpanjang masa hidupku. Walaupun sampai sekarang itu berhasil, aku tetap sekarat. Rantingku yang dulu dipenuhi daun, sekarang telah menjadi rambatan labu siam. Kehadiran sulur dan daunnya setidaknya memberikan keteduhan dan menemani kesendirian dalam masa sekaratku.

Di antara parit dan kandang ternak. Parit dengan air yang melarutkan berbagai macam limbah dan kandang ternak yang seringkali mencemari udara dengan aroma tak sedap. Entah apa yang salah ketika aku memilih untuk berkembang di sini sehingga suatu hari manusia itu datang dan menguliti sebagian kulitku. Mengerok habis kambiumku. Untuk yang pertamakali, aku masih bertahan. Tapi ketika manusia itu melihat kemampuanku bertahan, dia kemudian datang lagi dan melakukan hal yang sama.

Kali ini dia berhasil. Hasil fotosintesis dari daun-daunku tidak dapat kuberikan kepada akar yang telah bersusah payah menyerap unsur-unsur hara dan mineral. Lama-kelamaan akarku mulai sekarat tanpa adanya suplai makanan. Sekarang, beginilah kami, perlahan mengering.

Di sisa-sisa tenagaku untuk berpikir, kurenungkan tentang arti memberi dan menerima. Seperti akarku yang menyerap dan memberikan air, mineral dan unsur hara kepada daun untuk diolah, dan seperti daun yang memberikan hasil fotosintesis kepada seluruh tubuh dan juga kepada akar. Seperti kami memberi oksigen ke udara lepas dan menerima karbondioksida darinya. 

Kurasa hidup adalah tentang keseimbangan dari memberi dan menerima. Kusapa semua yang kukenal: angin, air, dan tanah serta manusia di seberang sana yang selalu memperhatikanku sejak menyadari kulit dan kambiumku telah dikerok untuk membunuhku secara perlahan. Semoga akar dan batangku akan menyatu dengan tanah dan kemudian melanjutkan mengikuti umur bumi. Dan semoga daun terakhir yang akan kugugurkan dan terbawa aliran air parit ini pula menjadi sesuatu yang berarti. 

.............................................................

Pohon, tidak banyak yang dapat kulakukan dari tempatku merenung di celah sempit ini. Hari demi hari daunmu mulai berguguran. Aku tahu kau sekarat, dan tak ada yang bisa kulakukan. Aku hanya berharap kau segera melalui masa sekaratmu dan kemudian bersatu kembali dengan bumi dan melanjutkan mengikuti umurnya. Terimakasih untuk oksigen yang pernah kau berikan, yang telah mengisi paru-paruku dan memberiku kesempatan untuk melanjutkan hidup ke tarikan napas selanjutnya.

"and all I can give you are tears"


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FOLLOWER

READ MORE