Kamis, 11 Juni 2015

PEMBATAS BUKU




......
7 menit menjelang lelap......
Ranting-ranting kering pohon pinus, kelihatan tua dan telanjang menghadap malam. Namun dia tak setua cahaya-cahaya bintang yang mungkin telah melalui ratusan tahun cahaya. Sunyi. Suara-suara seakan dibekukan udara yang dingin. Aku berbaring menikmatinya.
......
3 menit menjelang lelap...
Berjalan mendaki dalam naungan bukit. Membangkitkan ingatan purba setiap sel, menggali segala macam emosi. Kubenamkan kepala ke dalam aliran sebuah sungai kecil dengan air yang jernih. Kutitipkan segala penat untuk diendapkan di Rawa Pening.
......
1 menit menjelang lelap...
Mencair, membeku, menguap. Tetesan air hujan bercerita tentang semua yang telah dilaluinya. Payung-payung yang terbuka bergerak perlahan di jalan. Lampu jalan mulai menyala. Genangan air memantulkan cahayanya. Suasana Desember menggelitik haru.
......
Pikiran menampilkan kembali segala macam memori. Memori dimana telah kuletakkan pembatas buku. Kutandai halaman-halam itu, karena di sana pernah kutemukan damai, sedamai hitam yang datang menjelang lelap.

Terlelap....





- ♣♣♣ -

Dukamu terlalu dalam. Duka yang membuat kepalamu menunduk menghadap tanah. Tanah yang darinya Tuhan menciptakan manusia. Apakah beban duka itu akan membuatmu tersungkur tak bergerak? Ataukah kau akan mengangkat kepalamu, menanduk langit? Ingatkah kau kepada koyakan jubah Ayub?

Letakkan pembatas buku pada kenangan itu agar kau dapat kembali ke sana kapanpun kau mau. Tapi teruslah melangkah. Menghapus air mata bukan berarti menghapus kenangannya. Mengangkat kepala buka berarti kau melupakannya, namun kau melihatnya di tempat berbeda. Di sana. Di langit.

Black Tide -Into The Sky


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FOLLOWER

READ MORE