Tanpa fakta, hanya kata mungkin yang mengawali setiap kesimpulan. Bersama beberapa "mungkin", saya mencoba memahami kenyataan.
Beberapa hari lalu, saya mengirimkan beberapa pesan, menanyakan kabarnya. Sehari sebelum menempuh perjalanan panjang, dia mengatakan terkena flu. Pesan-pesan itu tidak pernah dibalas. Selang beberapa hari, dia mengunggah foto di media sosial. Syukurlah dia baik-baik saja.
Saya lupa, dia adalah sosok mandiri yang pandai bergaul. Saya memiliki kekhawatiran berlebihan yang tidak perlu. Sepertinya saya ingin mengikatkan diri pada sosoknya yang bahkan tak pernah ingin memperdengarkan suaranya untuk saya dengar. Mungkin kehadiran saya baginya hanyalah sebagai kumpulan abjad yang telah ditaburi bubuk ajaib. Bernyawa dan menawarkan mimpi. Tak lebih.
Jika baginya saya adalah kata-kata, semoga tak pernah kehilangan makna.
•••
"Embusan angin padang menempelkan kesunyian dan juga kedamaian di permukaan kulit,
waktu menjadi berarti"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar