Seekor ngengat terperangkap. Kepakan sayapnya sia-sia. Dia mengikuti cahaya, mencari sumbernya. Sayangnya, dia terbang ke arah yang salah. Sumber cahaya yang ditujunya terhalang stained glass bergambar salib dan pada bagian bawahnya terdapat bentuk bunga dengan daun hijaunya. Ngengat itu terjebak di sana.
........................................................................................
Kau menutup mata. Kaurubah posisi duduk, mencari posisi paling nyaman. Kau mencoba berbagai cara untuk berkonsentrasi. Tidak ada yang berhasil. Kata-kata dari mimbar itu terlalu tinggi bagimu, tak ada gambaran apapun yang ditangkap oleh otakmu. Kau merasa berada di ruangan dimana lembaran-lembaran kertas beterbangan tertiup kipas angin raksasa. Kau berhasil meraih satu lembar kertas, membacanya namun itu tidak ada gunanya tanpa lembaran kertas yang lain. Frustasi. Menguap lebar. Reaksi yang dianjurkan otakmu.
Bosan. Kau edarkan pandangan mencari sesuatu yang menarik. Ekor matamu menangkap sebuah gerakan. Kau menolehkan kepalamu ke kiri. Seekor ngengat nampak terperangkap di bingkai stained glass. Perhatianmu mulai teralihkan.
Memikirkan seekor ngengat mampu memecahkan stained glass dengan tenaganya adalah sesuatu yang mustahil. Jalan keluar yang paling masuk akal baginya adalah keluar dari buaian warna-warni cahaya yang menembus staines glass. "Meskipun kau hampir mencapai tujuanmu, kau bisa melihatnya, kau bisa merasakannya namun itu tidak utuh. Kau terjebak pada satu titik yang -hampir bisa dipastikan- mustahil kau lalui. Mengambil langkah mundur tidak akan membuatmu kalah, ngengat kecil! Ngengat kecil, kau harus mencobanya, terbanglah keluar dari situ. Tujuan yang hendak kau capai itu bisa dicapai dengan banyak jalan lain" kau coba berkomunikasi dengannya, meskipun kau tahu itu sia-sia.
Sekilas kau dengar kata "Amin", mengakhiri wejangan Tuhan yang diterjemahkan melalui pemikiran seorang pendeta muda. Fokusmu kembali ke ibadah. Sejenak kau melupakan si ngengat kecil.
Pada nyanyian penutup ibadah, tepat pada lirik "ikut..ikut..ikut Tuhan Yesus", kau melihat kepakan sayap itu. Kepakan sayap ngengat yang sepertinya mengikuti saranmu untuk mengambil langkah mundur dan mencari jalan lain. Kau merasa lega melihat dia mengepakkan sayap rapuhnya. Kepakan demi kepakan yang membawanya ke sebuah petualangan yang baru untuk mencapai tujuannya.
"Itu berlaku untukku!...itu berlaku juga untukku!" katamu dalam hati.
Kau menyunggingkan senyum. Kau menyadari kehadiran-Nya, secara sederhana. Tak perlu dengan bahasa njelimet, cukup dengan ngengat. Dia tak menggurui, dia membuatmu menyadarinya sendiri.
"Itu berlaku untukku!...itu berlaku juga untukku!" katamu dalam hati.
Kau menyunggingkan senyum. Kau menyadari kehadiran-Nya, secara sederhana. Tak perlu dengan bahasa njelimet, cukup dengan ngengat. Dia tak menggurui, dia membuatmu menyadarinya sendiri.
- ♣♣♣ -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar